Dengan Disiplin & Kasih Meningkatkan Prestasi
Setiap Orang Memiliki Kelemahan
Bagi orang dewasa adalah hal yang mudah untuk mengerti bahwa kita memiliki kelemahan, namun tidak demikian bagi anak-anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun). Mereka tentunya membutuhkan arahan dari orang dewasa untuk menemukan apa yang menjadi kelemahan dirinya dan bagaimana cara mengelola atau mencari solusi dari kelemahan diri yang mereka miliki.
Sebagai guru Bimbingan dan Konseling, saya mengamati betapa pentingnya setiap anak mengenali dirinya dengan baik sehingga kelak anak bisa mencintai diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. saya percaya, mudah bagi kita “mencintai” apa yang menjadi kelebihan kita, namun akan sulit bagi kita “mencintai” kelemahan kita.
Mencintai kelemahan diri, sama artinya dengan menerima diri seutuhnya dan tetap maksimal dalam mengembangkan diri meskipun banyaknya hambatan yang hadir dalam kehidupan. Dengan mencintai setiap kelemahan diri inilah, setiap pribadi dapat bertumbuh dalam karakter dan pastinya membuat setiap pribadi memiliki pandangan hidup yang benar.
Saya tertarik dalam diskusi kelas VI SD dalam pembelajaran Bimbingan dan Konseling kami mendiskusikan 2 hal yaitu apa yang menjadi kelemahanmu dan bagaimana mengatasinya? saya mendapati hal yang luar biasa dari pemikiran anak-anak dengan usia rata-rata 11-12 tahun. 75% dari mereka memahami dengan baik apa yang menjadi kelemahan diri mereka serta solusi apa yang menjadi pilihan mereka. Ada yang mengatakan : self anger dan solusinya “mode gila-teriak teriak ), ada yang mengatakan pemalu solusinya harus melakukan, ada yang yang mengatakan saya penakut pada gelap dan solusinya berdoa dan berlari, ada yang mengatakan saya pemalas dan solusinya belajar bahkan ada yang mengatakan saya pemarah dan solusinya adalah mandi. Hal yang sangat masuk diakal dan pastinya bangga dengan keterbukaan mereka menyampaikan apa yang menjadi kelemahan.
Baca juga: Membimbing Anak Mengelola Amarah
Dari Diskusi tersebut bisa saya katakan bahwa anak dengan usia tersebut sudah mengenali apa yang menjadi kelemahan dirinya bahkan ada sebagian yang bisa menemukan solusi dengan tepat. Namun disini untuk menguatkan fondasi dasar mereka tentang pengenalan diri mereka, tidak cukup hanya dukungan guru, melainkan dukungan dari orang tua yang juga harus memahami bagaimana menerima diri dengan berbagai kelemahan.
Dengan berjalannya 2 peran penting dari Guru dan Orangtua sebagai Mentor anak dalam kehidupan, saya yakin bahwa anak dapat bertumbuh menjadi pribadi yang bisa mencintai dirinya sendiri bukan saja dari perspektif kekuatan yang ada dalam dirinya melainkan juga dapat mencintai apa yang menjadi kelemahannya.
Sebagai dasar fondasi hidup seseorang, penerimaan diri adalah pembekalan penting bagi anak-anak didik sehingga kelak mereka bisa menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Saya yakin, Tuhan menciptakan kita dengan segala kelemahan diri, hal itu bertujuan untuk kita bisa saling melengkapi. So, ayo berdamai dengan diri sendiri dan teruslah berusaha melakukan yang terbaik.
***
Bionarasi:
Yunita Hotriris – Guru BK SD Kristen Kalam Kudus III Jakarta
Sangat berharga banget websitenya