Dengan Disiplin & Kasih Meningkatkan Prestasi
Preparing Future In Metaverse Era
“Metaverse adalah tema besar sehingga kalau harus disampaikan dalam beberapa menit tentulah tidak cukup. Oleh karena itu, hanya akan disampaikan poin-poin atau kata-kata kunci saja,” kata Ang Wie Hay, M.SC., M.Div. Narasumber pada FWE-8 Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta, Sabtu (25/03/2022) dengan tema Preparing Future In Metaverse Era.
Metaverse memungkinkan seseorang melakukan konser secara virtual, perjalanan online, melihat pameran seni, bahkan mencoba pakaian secara digital. Metaverse dapat dikatakan sebagai bagian dari membangun dunia baru.
Namun apa dampaknya ke masa depan dan bagaimana solusinya? Generasi masa depan menghadirkan semua generasi dalam dunia digital. Seperti yang sudah nampak sekarang. Bisnis sudah 24 jam online dan banyak pekerjaan dilakukan dalam dunia digital.
Saat ini kita tergoncang yang tidak berada di atas atau menguasai teknologi akan mengalami disruption. Goncangan karena terjadi perubahan yang begitu cepat. Shifting up (pergeseran ke atas) seperti pindah gigi secepatnya dan jika tidak segera berpindah akan “punah”.
Facebook dalam skala 2 dimensi. Sementara skala metaverse dalam dunia 3 dimensi. Jika dulu diwakili foto tetapi ke depan avatar (metaverse), video on demand (sesuai permintaan). Semua didukung intelegensi artifisial (IA) dan data (big data).
Sejarah dunia baru sedang dimulai sebab hal-hal baru yang terus dihasilkan seolah mengacak-acak sejarah. Bayangkan saja 6 dari 10 menggunakan internet ini belum berhenti ilmuan terus membuat hal-hal baru.
Perubahan menjadi kata kunci dalam era metaverse ini. Lalu, apa yang hari ini bisa kita lakukan? Mereka yang tidak siap akan menghadapi kesulitan. Dunia masa depan dan sekarang sudah mulai merupakan dunia digital yang serba cepat, inovatif, kreatif, dan kompetitif.
Contoh sederhana barang harus di update kalau tidak akan ketinggalan/kuno. Demikian juga dengan cara berpikir harus terus terbuka terhadap hal baru. Sebab teknologi dapat menggantikan fungsi manusia. Mesin-mesin dengan teknologi mutakhir akan menggantikan manusia dalam berbagai bidang pekerjaan.
Manusia yang tidak produktif akan dibuang. Kalau tidak siap menghadapi masa depan akan terbuang. Maka manusia sekarang harus update dan upgrade terhadap teknologi dan memperlengkapi diri dengan penguasaan teknologi.
Teknologi sesungguhnya dikembangkan dalam rangka mempermudah kehidupan manusia sehingga manusia dapat hidup lebih sejahtera. Namun, apakah teknologi menyelesaikan semua masalah manusia?
Tentu saja tidak! persoalan manusia begitu kompleks hanya dengan kecerdasan buatan jelas tidak bisa. Apa masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan kecerdasan buatan ini? Dosa. Dosa, hal yang tak mungkin diselesaikan dengan kehebatan manusia.
Mari sejenak kita lihat kebelakang pada peristiwa menara babel. Manusia dengan kecerdasannya mampu membuat menara pada zaman itu yang merupakan bentuk teknologi canggih. Namun dalam seketika Allah memporakporandakan teknologi yang hebat itu. Contoh lain, pembangunan bait Allah jadi lahan komersial.
Manusia selalu berusaha inovatif dan kreatif. Namun seringkali teknologi di tangan manusia berdampak negatif. Sekarang ada tiga tipe manusia yang menentukan dampak: orang baik, orang jahat, orang cinta Tuhan.
Pertanyaannya, kita jadi apa di dunia ini ke depan sehingga melaluinya Tuhan disenangkan. Ingat bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan supaya menjadi berkat. Bahkan semua ciptaannya bertujuan seperti: tanaman untuk berbuah dan berbunga, anjing menjaga rumah dan teman bermain, dll.
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10). Manusia bukan hanya sekadar hidup ada pekerjaan baik yang harus dilakukan.
Diri Anda adalah idenya Tuhan. Anda dibentuk Allah bahkan dalam rahim ibu, kita dibentuk sedemikian rupa untuk tujuannya. Sebelum Anda ada Allah sudah merancangnya. Anda diciptakan ada fungsinya yaitu melaksanakan kehendak-Nya. Ini berarti Tuhan memberikan kemampuan natural (alamiah). Setiap anak diberikan kemampuan.
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga; untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan. Juga Aku telah menetapkan di sampingnya Aholiab bin Ahisamakh, dari suku Dan; dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Haruslah mereka membuat segala apa yang telah Kuperintahkan kepadamu:” (Keluaran 31:1-6).
Yang perlu dilakukan adalah belajar dengan tekun dan menghasilkan karya. Apalagi sekarang sumber belajar di era keterbukaan informasi sudah tersedia tinggal diakses. Mau dalam bentuk tulisan, audio, video, atau ketiganya dalam satu bentuk. Maka yang tidak mau belajar akan miskin.
Belajar tidak cukup jadi tahu tetapi harus memahami dan akhirnya menjadi Ahli. Mulai mempelajari satu hal atau beberapa hal dan lama-lama akan mengerucut. Kemampuan dan keahlian ini akan membuka banyak kesempatan. Kesempatan dicari bukan ditunggu. Tetapi yang harus ditekankan pada anak-anak dan diri kita adalah tujuan semua itu atau ujungnya adalah berdampak pada dunia yang lebih baik. Artinya hidup kita harus menjadi berkat dan berdampak pada kemajuan hidup.
Sayangnya ada persoalan yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan dan kehidupan yang lebih baik khususnya bagi generasi sekarang. Anak-anak harus didorong untuk memiliki tekad (grit) dan keuletan (the power of passion and perseverance) dalam belajar dan berkarya.
Saat ini ketika masuk perusahaan yang diperhatikan adalah berapa banyak mesin bukan berapa banyak orang. Mengapa? Sebab produktivitas yang dituntut sementara menggunakan tenaga manusia yang lebih banyak akan menimbulkan persoalan yang banyak pula. Manusia sangat dinamis dan kadang sulit dikontrol. Resiko yang ditimbulkan juga semakin besar.
Ingat setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda. Namun perlu belajar dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya lalu merangkainya menjadi untuk menghasilkan produk dan karya. Proses ini yang kemudian menghasilkan apa yang disebut inovasi. Inovasi dapat diartikan mengadakan atau menghadirkan yang belum ada untuk bermanfaat.
Akhirnya, mempersiapkan masa depan yang ditunjang dengan kecanggihan teknologi seperti metaverse kita harus membaca-baca tanda-tanda zaman. Secara khusus bagi guru perlu paradigma baru. Dan perlu dicatat, tidak ada siswa yang miskin dan bodoh di masa depan. Hanya siswa yang tidak termotivasi dan tidak belajar.
Dunia metaverse belum selesai total jadi masih ada waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi dan memanfaatkannya. Sehingga kita menjadi berkat bagi dunia sesuai dengan tujuan dan rencana Allah, sang pencipta manusia. (MM)