Dengan Disiplin & Kasih Meningkatkan Prestasi
Membimbing Anak Mengelola Amarah
Rasa marah bisa hadir kepada siapa saja; tua muda, kaya miskin, orang desa orang kota, guru siswa dan masih banyak lagi sebab rasa marah tidak memandang usia, jabatan, tempat maupun keadaan.
Marah adalah emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah diperlakukan tidak benar [1]. Pada satu sisi, kemarahan membantu kita memahami bahwa kita merasa dirugikan dan memberi dorongan untuk bertindak atau memperbaiki keadaan.
Marah bagian dari emosi dan emosi tidak dapat dipisahkan dari dalam diri manusia karena setiap orang memiliki perasaan (sedih, kecewa, bahagia, jengkel, marah dan masih banyak lagi). Nah, bagaimana jika anak tidak memiliki pengelolaan emosi marah dengan tepat? Lalu, apa pula dampaknya bagi perkembangan anak ke depan.
Marah merupakan bagian dari emosi dan setiap orang memilikinya. Namun, bagaimana emosi marah dikelola dengan benar sejak usia dini sehingga tidak berdampak kepada tahap perkembangan anak selanjutnya. Apalagi di masa Pandemi Covid-19 saat ini, banyak anak mengalami gangguan emosi marah. Pandemi telah membuat banyak perubahan yang “terpaksa” diadaptasi anak. Hal itu menimbulkan ketidaknyamanan dan berdampak perkembangan emosi anak.
Baca juga: Setiap Orang Memiliki Kelemahan
Dalam beberapa kasus anak Sekolah Dasar (SD) usia 5-12 tahun mengalami gangguan emosi marah karena tidak mampu beradaptasi dengan pembelajaran dan tuntutan pendidikan saat ini.
Contoh kasus, anak mudah sekali marah bahkan amarahnya meledak-ledak ketika handphone atau gadget atau laptopnya di ambil oleh orang tua saat anak sedang asyik dengan permainan yang ada dalam aplikasi. Anak marah dan tidak menerima perlakukan tersebut. Akibatnya ketika mengikuti pembelajaran online, anak terlihat bosan, malas berinteraksi dengan mematikan microphone dan kamera. Reaksi yang menunjukkan kemarahan dan ketidaksukaan manakala keinginannya tidak dipenuhi.
Sebagai orang tua tentu tidak menginginkan hal ini terjadi bukan? Nah, cara yang tepat adalah berkomunikasi yang baik dengan anak dan menanamkan nilai bahwa setiap amarah yang timbul dalam dirinya dapat dikelola. Di sini kuncinya orang tua harus memiliki cara komunikasi yang baik artinya dapat memperlakukan anak selayaknya pribadi yang harus dihargai sehingga apa dikomunikasikan dapat diterima dengan baik.
Maka dari itu, mari kita samakan persepsi bahwa amarah yang tidak dikelola dengan baik di masa kanak-kanak akan berdampak kepada perkembangan anak selanjutnya. Orangtua dan guru harus bijak mengarahkan dan membimbing anak untuk mengelola emosi marah dengan baik.
Orangtua dan pendidik perlu menyadari bahwa tidak masalah anak memiliki emosi marah namun emosi itu harus diarahkan sehingga perasaan marah tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Akhirnya, anak harus diberikan pandangan bahwa “dirimulah yang menjadi tuan atas amarahmu”.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemarahan diakses 28 Oktober 2021
https://nova.grid.id/
***
Bionarasi:
Yunita Hotriris – Guru BK SD Kristen Kalam Kudus III Jakarta