Cerpen | Cintai Tuhan, Sayangi CiptaanNya

| Penulis : Sufie Hidia

“Ayo, anak-anak! Segera naik bus sesuai nomor kartu yang kalian pegang ya!” teriak Ci Merry di tengah-tengah kegaduhan suara anak-anak Sekolah Minggu GPdI Betania.

Hari ini mereka akan mengadakan kebaktian padang di Kebun Raya Bogor. Semua anak sangat bergembira dan mereka tak sabar lagi untuk segera menaiki bus.

“Jangan berebutan, semua pasti kebagian tempat duduk,” teriak Ko Doni tak kalah kerasnya di dalam bus.

Tommy bersama Edo sedang mencari-cari tempat duduk kosong di dalam bus, karena mereka ingin duduk bersama. Setelah semua anak dan guru-guru Sekolah Minggu naik bus, Ci Lina memimpin mereka berdoa bersama agar Tuhan menyertai perjalanan sampai di Kebun Raya Bogor dengan selamat.

Sepanjang perjalanan, ada anak-anak yang mengobrol dan tertawa bersama, ada yang sibuk membaca komik dan ada juga yang menyanyi bersama sementara Ko Doni memainkan gitar. Tak lama kemudian mereka sampai di Kebun Raya Bogor.

Guru-guru Sekolah Minggu memimpin anak-anak per kelompok sesuai nama kelompoknya. Mereka berjalan bersama melewati pohon-pohon yang rindang menuju lapangan rumput yang luas.

“Wah segarnya udara di sini ya, Tom?” tanya Edo sambil meregangkan kedua tangan dan menghirup napas dalam-dalam.

“Iya, Do. Disini banyak sekali pohon dan tanaman baru yang belum pernah aku lihat,” sahut Tommy.

“Itulah bukti kebesaran Tuhan,” kata Ci Lina yang sudah berjalan disamping Tommy.

“Kita harus bersyukur kepada Tuhan untuk semua ciptaanNya dan menjaganya agar tetap terpelihara baik dan tidak rusak,” tambah Ci Lina.

“Bunga ini indah sekali…boleh dipetik gak ya?” tanya Tommy.

“Tadi Ci Lina kan sudah bilang, kita harus menjaga ciptaan Tuhan ini, jadi jangan dipetik sembarangan. Ayo, cepat cari tempat duduk, sebentar lagi ibadah akan dimulai,” sahut Ci Lina.

Tommy ingin sekali memetik bunga mawar itu, tapi dia takut dimarahi oleh Ci Lina. Lalu Edo menarik tangan Tommy untuk duduk di dekatnya di bawah sebuah pohon beringin yang rindang.

Ibadah berlangsung dengan penuh sukacita. Setelah ibadah selesai mereka mengadakan beberapa pertandingan yang dimenangkan oleh kelompok Tommy & Edo. Lalu anak-anak diberi waktu bebas selama satu jam untuk berjalan-jalan menikmati Kebun Raya Bogor.

Tommy mengajak Edo untuk berkeliling bersamanya. Mereka mengunjungi kebun mawar, anggrek, lily, dahlia, dan masih banyak lagi. Walaupun Edo sudah melarang tapi Tommy tetap juga memetik beberapa bunga dan disimpan di dalam di tasnya.

“Edo, rumput di tempat ini rapi sekali ya, tidak seperti rumput di halaman rumahku,” seru Tommy.

“Tom, jangan berjalan diatas rumput, tuh, lihat! Ada papan tulisan yang melarang kita menginjak rumput kan?” Edo mengingatkan Tommy.

“Rumput kan memang untuk diinjak bukan cuma untuk dilihat, Do!” kata Tommy sambil mencibir bibirnya, lalu ia menambahkan, ”Lagipula biar diinjak-injak seperti ini juga rumput kan gak bisa berteriak kesakitan, ya kan?”

“Walaupun rumput gak bisa teriak tapi dia juga kan makhluk hidup, ciptaan Tuhan,” sanggah Edo.

“Ah… kamu macam-macam saja. Wah, pohon apa ini? Besar sekali ya?” kata Tommy mengalihkan pembicaraan. “Pasti umurnya sudah tua.”

“Mungkin sudah puluhan bahkan ratusan tahun, Tom,” sambung Edo.

“Oh iya, aku kan bawa jangka di dalam tasku. Kita tulis nama kita yuk di batang pohon ini supaya semua orang tahu kalau kita berdua pernah kesini,” usul Tommy sambil mengeluarkan jangka dari tasnya.

“Jangan Tom, nanti kita dimarahi petugas keamanan disini lho!” seru Edo ketakutan.

“Jangan kuatir, gak ada yang lagi melihat kesini kok,” kata Tommy. Lalu dengan jarum jangka itu dia mulai mengukir namanya di batang pohon.

“Namaku gak usah ditulis ya,” larang Edo. “Biar nama kamu aja, Tom. Aku gak mau ikut-ikutan dimarahi kalau sampai ketahuan,” sambungnya lagi.

Setiap kali Tommy mengukir satu huruf dari namanya, batang pohon itu mengeluarkan cairan merah semacam getah yang membuat kulit tangan Tommy jadi gatal.

“Lihat Tom, pohonnya pasti sedih karena kamu rusak kulit batangnya seperti itu makanya dia jadi menangis,” kata Edo.

“Memangnya manusia, bisa menangis! Ini sih getah pohon,” terang Tommy. “Nah, sudah selesai. Bagus, kan? Jadi semua orang bisa membaca namaku dan aku jadi terkenal…ha..ha..”

“Ayo Tom, kita harus segera berkumpul lagi di sana kalau tidak mau ketinggalan bus,” ajak Edo. Anak-anak yang lain sudah berbaris kembali untuk masuk ke dalam bus yang akan membawa mereka pulang. Ko Doni dibantu Ci Merry sedang sibuk mengabsensi anak-anak supaya tidak ada yang tertinggal.

“Oke, semuanya sudah lengkap. Silahkan jalan, Pak Sopir!” teriak Ko Doni kepada sopir bus yang ditumpangi oleh Tommy dan Edo. Anak-anak merasa letih sekaligus senang karena mereka telah bersama-sama di Kebun Raya Bogor sepanjang hari.

***

Malam harinya, setelah mandi dan makan malam, Tommy langsung tertidur. Tapi tidurnya tidak nyenyak. Tiba-tiba dia berteriak ketakutan dan terbangun dengan tubuh penuh keringat.

“Tommy, ada apa?” tanya Bu Martha yang tergesa-gesa masuk ke dalam kamar anaknya. “Mama, Tommy baru bermimpi buruk. Seram sekali,” kata Tommy hampir menangis. “Sudah, jangan takut. Mama akan menemani kamu. Memang kamu bermimpi apa tadi?” Tanya Bu Martha.

“Tadi Tommy bermimpi lagi berjalan-jalan di sebuah taman yang indah sekali. Tapi tiba-tiba semua tanaman, pohon bahkan rumput menjadi hidup. Mereka berlari-lari mengejar Tommy. Bunga-bunga menembakkan panah beracun, akar-akar pohon melilit tubuh Tommy sampai tidak bisa bernafas, lalu semua rumput menjadi seperti pasukan tentara yang memegang tombak mau menusuk Tommy. Tommy sudah berteriak-teriak minta tolong tapi tidak ada yang menolong. Tommy takut, takuuuuttt sekali, Ma!” cerita Tommy dengan gemetar.

“Tadi siang kan kamu pergi ke Kebun Raya Bogor, apa kamu melakukan hal-hal yang tidak baik selama disana?” tanya Bu Martha dengan lembut.

“Hm…ssse..se…sebenarnya tadi siang memang Tommy berbuat nakal, Ma,” jawab Tommy dengan suara pelan.

“Tommy memetik bunga-bunga yang bagus, terus berjalan di atas rumput walaupun sebenarnya ada larangan untuk tidak menginjak rumput. Lalu Tommy juga mengukir nama Tommy di sebuah pohon…”

“…ck..ck..ck..aduh…anak mama kenapa nakal seperti itu sih?” kata Bu Martha sambil menggelengkan kepalanya.

“Tommy, Tuhan bukan cuma menciptakan manusia, tapi juga semua binatang dan tanaman. Seisi alam ini Tuhan yang punya. Kita hanya tinggal sementara di dunia ini. Tuhan mau kita menjaga alam ciptaannya dengan baik. Untung Tuhan sayang sama kamu maka Dia menegur perbuatan salahmu lewat mimpi tadi,” kata Bu Martha mengingatkan.

“Maaf Ma, Tommy janji gak akan mengulanginya lagi,” sahut Tommy dengan penuh penyesalan.

“Nah, sekarang kamu berdoa minta ampun kepada Tuhan Yesus karena sudah merusak ciptaanNya. Minta tolong juga supaya Tuhan lindungi kamu malam ini, dijauhkan dari mimpi buruk dan bisa bangun besok pagi dengan tubuh yang segar,” ujar Bu Martha menasihati anaknya.

“Baik, Ma,” sahut Tommy. Lalu ia mulai berlutut dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Setelah itu ia membaringkan diri untuk tidur kembali. Di wajahnya kini terlihat damai dan tersenyum. Bu Martha tahu bahwa Tuhan Yesus sudah mengampuni Tommy, karena Dia adalah Tuhan yang Maha Pengampun dan penuh kasih.

Dalam mimpinya sekarang, Tommy sedang berjalan-jalan di sebuah taman indah sambil menikmati alam ciptaan Tuhan. Dan dia tidak berjalan sendiri lagi, karena Tuhan Yesus sedang menggandeng tangan kanannya dan berjalan bersamanya.

Kejadian 2:15, “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Pemenang lomba cerpen Sekolah Minggu GPdI

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *