Cerpen | Putri Saat Pandemi

| Penulis: Erine Nataniel Wijaya & Nicolas Aldrich

Siang hari itu, di sudut ruang tamu yang sejuk dan tertata rapi. Terlihat Ibunya Putri sedang meneguk secangkir teh sambil memegang gawainya, terdengar suara pintu terbuka. Krekk… Krekk… Putri yang baru bangun dari tidur siangnya membuka pintu. Putri anak ke-2 dari 3 bersaudara. Seorang siswa yang tekun belajar duduk di kelas 8 Sekolah Menengah Pertama. Perlahan berjalan ke arah ibunya.

“Bunda, lagi ngapain? serius banget…,” tanya Putri. “Oh…kamu, Put. Ini bunda lagi liat berita kalo besok sekolah mulai diadakan secara daring,” jawab Bunda.

“Ha? Memang kenapa?” Putri membelalakan matanya sejenak.

“Karena kasus untuk virus Corona ditemukan di Jakart,” balas Bunda. “Memang udah banyak yang kena? Atau kasusnya udah tinggi?” Putri bertanya.

“Belum sih, nak. Tapi biar tidak ada lagi yang terpapar” jawab Bunda. “Oh gitu…Daring itu apaan bun?” tanya Putri.

“Daring itu pelaksanaan sekolah secara Online, pasti gurumu kirimin pengumuman nanti. Itu makan dulu, ada ikan goreng di meja, sama ada sayur asem di panci,” balas Bunda sambil menunjuk ke arah meja makan.

“Iya bun,” Putri menganggukkan kepalanya sambil berjalan ke arah meja makan.

Beberapa waktu setelah percakapan Bunda dengan Putri. *Ting* “Hm… apa ini?” Putri bergumam sambil membuka aplikasi di gawainya. Ternyata itu merupakan pengumuman tentang pelaksanaan sekolah secara daring. “Wih bener dong kata bunda,”gumam Putri lagi di dalam hatinya. Tiba-tiba…tring…tring…tring… dan handphonenya Putri bergetar. Teman baiknya sejak SD, Adit menelepon. Lalu, Putri mengangkatnya.

“Eh Adit, kenapa nih?” tanya Putri. “ehm… gak papa kok! Mau tanya aja, kamu udah baca belom? Pengumuman yang dikirim Bu Guru?” tanya Adit.

“Oh tentang daring? Udah kok.” balas Putri. “Memang kamu nggak penasaran? Daring itu nanti kayak gimana ya? Setelah itu kita libur 2 minggu lagi! Asyik,” terdengar suara Adit dengan intonasi semangat.

“Kamu selalu semangat yah, tapi iya sih, penasaran juga kayak gimana sekolah online itu. Jadi nggak sabar ih…,” timbal Putri. “Nah! Kamu jadi nggak sabar juga ya? Si Raden juga nggak sabar. Eh, maaf Put. Adik aku mau main bareng dulu nih…nanti kita sambung lagi ya!” kata Adit. “Siap… Hati-hati ya mainnya. Sampai jumpaa!” sahut Putri sambil mengakhiri percakapan.

Saat malam hari tiba, semua keluarga Putri telah terlelap di dalam tidurnya. Tetapi Putri tidak bisa tidur karena rasa takut dan rasa semangat.

Dia berpikir di dalam hati, “Argh…gimana ya sekolah online? Aduh… kayaknya nanti seru banget deh! Di tambah libur 2 minggu lagi. Iih… asikkk!! Aku bisa main sama temenku dan hp lebih banyak dong” gumam Putri seiring detik jam berlalu. Kemudian Putri pun tertidur, bersama imajinasinya ditelan malam yang semakin larut.

Kemudian beberapa minggu setelah Putri memulai sekolah daring. Di sore hari yang terasa panas membakar, Putri sedang tidur-tiduran dengan gelisah. Dia bergumam di dalam hati “Ah… ternyata sekolah online susah juga… tidak seseru yang dipikirkan. Udah banyak tugas, internet pun sering mulu nge-lag, Jadi ngak enjoy dah.”

Putri lalu terpikir untuk menelpon temannya, Adit. “Oh iya, si Adit lagi ngapain ya? Coba telepon deh, lagi bosen banget nih,” pikir Putri. Dengan sekejap Putri menelepon teman baiknya.

Treng…treng…treng… Putri menunggu untuk teleponnya diangkat. “Iya Put, kenapa? Bosen lagi?” tanya Adit. “Hehe iya.. Bosen banget. Mau ngerjain tugas tapi males nih, soalnya aku kurang mengerti yang dijelaskan. Susah ya ternyata sekolah online. Aku mengira bakal seru banget, ternyata bosen dan susah,” keluh Putri.

“Hah?! Kamu masih ngerjain tugas sendiri?” teriak Adit dari seberang sana. “Iya memang kenapa, Dit? Kan kita masih sekolah Adit, ya seperti biasalah,” jawab Putri.

“Ngapain susah-susah ngerjain…aduhh Put…! Kan sekarang udah ada banyak website buat cari jawaban, para guru nggak bisa tau kan? Nggak usah capek-capek mikir sendiri, tinggal cari aja soalnya habis itu Duarr.. ada deh jawabannya,” bujuk Adit.

“Memang itu bakal benar jawabannya?” tanya Putri. “Ya iyalah Put, ngapain sih ngerjain sendiri, coba aja nanti,” sahut Adit.

“Oh gitu…Aku udahan dulu ya, Dit… Ibu aku sudah manggil.” Putri bersiap mengakhiri telepon. “Siapp, kita sambung lagi nanti ya?” jawab Adit sambil mengakhiri pembicaraannya.

Putri kemudian beranjak keluar dari kamarnya, ke ruang keluarga. Putri duduk di samping ibunya. “Put, kamu rasanya gimana sekolah online? Seru?” tanya Ibu. “Nggak juga sih, susah banget, bosen lagi.” ucap Putri. “Jangan gitu nak. Nilai kamu selama sekolah online masih bagus-bagus aja, Bunda juga liat kamu belajarnya juga biasa aja,” Kata Bunda.

“Tapi bosen duduk muluu ngelihatin layar komputer, udah begitu banyak tugas,” keluh Putri.

“Untuk kesehatan sama keselamatan Nak…nanti kalo udah ngak ada kasus corona kamu bisa lagi ke sekolah. Kita makan malam dulu gimana? Biar kamu lebih rileks,” ajak Bunda.

Setelah makan malam, Putri sedang bersiap untuk tidur. Dia masih memikirkan kata-kata si Adit. “Bener juga si Adit, kan guru tidak bisa melihat kita, dia juga bilang di internet banyak website buat cari jawabannya,” Putri tidur sambil memikirkan kata-kata Adit. Esok pagi, Putri berkata ke dirinya untuk mengikuti saran Adit. “Yahh… tugas matematika udah ngak ngerti banyak lagi… udah deh, nanti aku liat website aja. Tinggal salin ulang , selesai deh!” seru Putri di dalam hatinya.

Putri melihat soal tugasnya dan kemudian mencari jawabannya di website. “Wihh, ada! Enak banget, ngak butuh susah-susah mikir dan hafalin caranya,” Putri bersorak kegirangan dalam hati.

Putri melakukan hal yang sama ke setiap soal, mencari soalnya di website dan menyalin ulang mentah-mentah jawabannya. Kemudian Putri mengirimkan jawaban yang dia catat dari internet. Setelah beberapa hari ia mendapatkan hasilnya.

“Nah, gitu dong! 95, biasanya 85-an doang. Enak banget pake internet, tinggal cari soal sama nyatet jawaban. Nilai bagus pula,” Putri berbisik dalam hatinya. Putri dengan bahagia memberitahukan ke Ibunya kalo dia mendapatkan nilai 95.

“Hebat ya kamu, Nak… tetap tidak lengah. Belajar lebih banyak nanti dapet 100 haha…” Bales Ibunya. “Hehe iya bun,” kata Putri.

Putri tidak memberitahu dia habis menyalin dari internet, dia terlalu senang mendapatkan nilai bagus. Biarlah itu menjadi rahasia di hatinya.

Dia dengan cepat memberitahu Adit betapa enaknya melihat dari internet. “Enak banget ternyata, gampang lagi. Guru juga nggak tau,” kata Putri.

“Baru tau? Dari pertama aku udah mencari online jawabannya. Enak kan, udah dibilangin. Hehe…,” terdengar Adit menyengir. “Iyalah, biasanya dapet 85 jadi 95 durr!” jawab Putri.

Saat pelajaran Bahasa Indonesia Putri, Gurunya menyuruh untuk membuat pantun. “

Lah, bikin pantun? Gimana bikin pantun pula… liat internet aja deh,” kata Putri.

Putri hanya menyalin jawaban dari website dan tidak di cek ulang. “Ngapain susah-susah belajar, kalo di Internet ada, nilai bagus juga,” batin Putri.

Dengan percaya diri Putri melakukan hal yang sama lagi, mencari di internet dan hanya mencatat jawabannya saja. Dia senang karena ia pikir semua jawaban di internet itu benar, Putri tidak memikirkan akibatnya jika selalu mencari di Internet. Ketika Putri mendapatkan nilai tugas Bahasa Indonesia, ia terkejut. Dia pun melongo melihat nilainya, karena dia selalu mendapatkan nilai 90-95, tetapi kali ini dia mendapatkan nilai 60.

“Tumben… biasanya nilai Bahasa Indonesia ku bagus-bagus aja, kok turun? Ya udahlah cuman sekali doang,” Putri terkejut.

Tak hanya sampai disitu, Putri tetap mencari di internet setiap ada tugas atau ulangan. Dia sama-sekali tidak menyaring ulang jawabannya. Ternyata tugas yang disalin dari internet membuatnya nilai Putri ambyar seketika. Tetapi Putri tidak menyadari kesalahan yang dia perbuat. Setiap ada tugas yang memiliki tenggat waktu dekat, ia akan melihat internet tanpa di saring.

Setelah itu, Putri memiliki banyak waktu memainkan gawai-nya. Saat bermain HP, dia pun tidak menyaring yang mana patut dia tonton yang mana yang tidak. Dia juga menjadi jarang berkomunikasi dengan keluarganya, dari Putri yang sangat aktif dan dekat dengan anggota keluarganya, ia menjauh dari mereka karena terlalu asik bermain gawai.  

Malam itu saat keluarga Putri selesai menyantap makan malam, Ibunya bertanya kepada Putri, “Put, tugas kamu udah selesai? Dari tadi bunda cuman liat kamu main Handphone.”

“Oh udah kok bun,” Putri lalu dengan cepat mengalihkan perhatiannya lagi ke handphone-nya.

Ibu pun menegur Putri dengan halus, “Put, akhir-akhir ini kok kamu diem banget? Kamu jadi jarang main sama adek kamu, terus Ibu dapet info dari wali kelas kalau nilai tugas kamu menurun akhir-akhir ini.”

Putri pun terdiam habis mendengar teguran dari Ibunya. Sekelebat otak Putri pun mencoba mengingat apa yang dia lakukan akhir-akhir ini. Dia sadar kalau nilai-nilainya menurun, termasuk di pelajaran yang dia kuasai. Saat itu juga Putri meminta ijin untuk lebih cepat masuk ke kamarnya, lalu ia beranjak dari keluarganya yang masih asik ngobrol.

Di kamarnya Putri pun termenung memikirkan teguran Ibunya, dimana salahnya. Malam semakin larut, tapi mata Putri masih belum bisa terpejam. Dia merasa gelisah, dia memikirkan apa yang dia lakukan salah. Kemudian, ia sadar apa yang dia lakukan selama ini.

Putri telah menggunakan internet untuk setiap tugas yang ada tanpa di saring ulang, ia pun tidak menyaring ulang berita atau informasi yang dia lihat. Nilainya menurun karena ia terlalu percaya terhadap informasi yang diberikan, ia tidak memikirkan ulang saat menyalin jawabannya.

Dia telah terbawa oleh kata-kata Adit sampai dia melupakan apa yang penting. Putri senang saat dia tau kalau menggunakan internet berarti dia bisa main gawai-nya lebih lama, tapi dia tidak memikirkan akibatnya.

Putri telah sadar kesalahannya, Dia berjanji kepada dirinya sendiri mulai sekarang ia akan melakukan tugasnya dengan jujur.

“Ah, aku harus beritahu Adit juga, supaya dia tidak melakukan kesalahan terus menerus,” bisik Putri dalam hati.

Setelah malam itu, setiap kali Putri ada tugas, dia mengerjakannya dengan jujur, ia mulai belajar dengan sungguh-sungguh supaya dia mendapatkan nilai yang datang dari hasil kerja kerasnya. Sejak dia belajar dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh, nilai-nya mulai terlihat membaik lagi. Yang dia tidak mengerti, dia tanyakan kepada guru. Jika masih belum paham, Putri mencari di internet video pembelajaran, tips dan trik lalu mengerjakan dengan caranya sendiri.

“Put, bunda perhatiin nilai kamu mulai membaik lagi ya? Hebat kamu, udah mau belajar sungguh-sungguh lagi. Kamu juga udah lebih aktif lagi, bunda bangga sama kamu,” puji ibunya.

“Terimakasih Bun, sekarang Putri paham bahwa nggak semua yang ada di internet itu benar, harus disaring dulu, ambil yang positifnya. Seperti saat kita buat kue loh Bun, santannya harus disaring dulu biar hasil kue-nya bagus.. hehehe…,” canda Putri.

“Karena teguran bunda, Putri jadi lebih rajin. Sekarang semua tugas Putri dikerjakan dengan jujur loh,” sambung Putri.

“Nah gitu dong anak bunda, tidur dulu Put, udah malam,” Kata Bunda sambil tersenyum. Putri dan ibunya pun mengakhiri obrolan mereka.

Malam itu Putri merasa sangat lega, suara gerimis hujan di luar pun terdengar seperti nyanyian bagi dirinya. Putri tertidur. Tek.. Tek.. Tek.. suara gerimis mengiringi tidurnya Putri.

Sumber gambar: https://www.blogpendidikan.net

Bionarasi:

Erine Nataniel Wijaya & Nicolas Aldrich, Kelas 8.2 SMP Kristen Kalam Kudus III Jakarta – Kosambi Baru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *