Buanglah Iri Hati

| Penulis: Setia Siburian

Alkitab mencatat beberapa tokoh yang memiliki sikap iri hati, seperti Kain, saudara-saudara Yusuf, dan Saul. Coba kita perhatikan tindakan tokoh-tokoh tersebut.

Kain iri hati kepada Habel yang membuat dia mengakhiri hidup Habel. Kain bekerja sebagai seorang petani, sedangkan Habel bekerja sebagai peternak. Ketika Kain dan Habel mempersembahkan persembahan mereka kepada Tuhan. Kain membawa hasil tani yang dia kerjakan sedangkan Habel membawa persembahan berupa hasil ternaknya yaitu binatang.

Tuhan menerima persembahan Habel sedangkan persembahan Kain tidak diindahkan. Melihat hal tersebut Kain pun iri hati kepada Habel dan akhirnya membunuh Habel. Namun Tuhan tidak serta merta menghukum Kain tanpa ada pengampunan.

Saudara-Saudara Yusuf iri hati kepada Yusuf sehingga membuat mereka membuang Yusuf ke dalam sumur. Saudara-saudara Yusuf iri karena ayah mereka Yakub lebih sayang kepada Yusuf. Bukan hanya membuang Yusuf mereka juga berbohong kepada Yakub bahwa Yusuf telah diterkam oleh binatang buas. Yakub pun menangis, meratap dan berduka. Namun saudara-saudara Yusuf pada akhirnya datang meminta belas kasihan kepada Yusuf.

Saul iri hati kepada Daud yang membuatnya tiga kali mencoba membunuh Daud. Tetapi Tuhan melindungi Daud sehingga hal itu tidak terjadi. Saul iri hati karena Daud dipuji oleh orang banyak ketika Daud bisa mengalahkan musuh dengan jumlah yang lebih banyak daripada yang dikalahkan oleh Saul.

Saul adalah raja pertama Israel tetapi Tuhan tidak berkenan kepada Saul karena Saul tidak melakukan apa yang benar dihadapan Tuhan. Pada akhirnya Daud diangkat oleh Tuhan menggantikan Saul.

Ada beberapa alasan seseorang bersikap iri hati. Pertama, sikap sombong yang selalu ingin di atas, ingin paling istimewa, dinomorsatukan, dan diutamakan. Kita sering tidak bisa menerima ketika teman memiliki kelebihan tidak ada di dalam diri kita. Kita tidak suka di bawah, setidaknya sama seperti mereka.

Kedua, suka membandingkan dengan orang lain. Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan masing-masing. Tetapi kita cenderung melihat kelebihan orang lain dan menerima kekurangan diri sendiri. Ketika melihat kelebihan orang lain kita berkata  “mengapa dia bisa seperti itu?, mengapa dia kaya?, mengapa dia pintar?, mengapa dia terkenal? dan sebagainya.

Kita sibuk melihat kelebihan orang lain dengan kita mengeluh tanpa kita memperbaiki diri kita sendiri. Kita terperangkap di dalam rasa iri hati yang membawa kita kepada rasa benci kepada orang lain yang lebih dari kita. Sikap iri hati tidak menginginkan kelebihan orang lain dan tidak menginginkan kekurangan diri sendiri.

Ketiga, tidak sadar bagaimana beratnya perjuangan orang lain sampai di titik keberhasilan. Seseorang berhasil tentu telah melalui proses yang panjang, berat dan banyak penderitaan di dalamnya. Namun kita menutup mata akan hal itu.

Keempat, mementingkan diri sendiri “keakuan”. Sikap mementingkan diri sendiri akan cenderung egois. Hanya memikirkan kebahagiaan, keberhasilan, dan keinginan sendiri. Sikap egois membuat seseorang merasa iri hati.

Kelima, tidak mau menjadi diri sendiri, “ingin menjadi orang lain”. Manusia yang munafik. Memaksakan diri menjadi orang lain. Menipu diri sendiri dan menipu orang lain karena tidak puas dengan keberadaan diri.

Keenam, Ketamakan. Sikap tidak puas, menginginkan segala sesuatu yang semestinya bukan milik. Orang yang memiliki iri hati ketika dia berada di atas akan merendahkan orang lain.

Lalu, apa dampak buruk dari sikap iri hati?

Pertama, membuang energi. Rasa iri hati membuat kita menghabiskan waktu untuk marah, dan kecewa. Dan hal ini merugikan diri kita sendiri yang membuat kita tidak maju.

Kedua, kehilangan potensi diri. Bagaimana potensi kita bisa berkembang jika kita buta atau tidak melihat potensi yang kita miliki. Padahal potensi diri kita berbeda dengan potensi orang lain.

Ketiga, awal kehancuran. Iri hati memicu seseorang berbuat jahat, seperti menjatuhkan, menyingkirkan, memfitnah, dan tak segan membunuh orang lain.

Apakah kamu ingin memiliki sesuatu? itu sah-sah saja. Namun ingat firman-Nya, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa (Yakobus 4:2). Mintalah kepada Bapa dengan iman, namun tetap harus berusaha dan bekerja.

Iri hati cenderung menganggap yang lain sebagai saingan. Kita tidak puas dengan posisi kita. Sebenarnya iri hati adalah jebakan yang membuat kita jauh dari Tuhan.

Kita sering bukan? larut dalam kemarahan, kesal, cemburu yang membuat kita bertindak menyalahkan diri sendiri, menyalahkan Tuhan bahkan banyak orang yang ingin lebih dari orang lain.

Mereka menderita bahkan ditimpa kematian untuk menyamai orang lain. Ingatlah kisah Menara Babel yang ingin menyamai Allah yang maha tinggi. Kita bisa berjuang sekuat tenaga untuk menyombongkan diri tetapi satu hal yang perlu diwaspadai kita sedang diambang kehancuran.

Ingatlah akan firman-Nya, “Sebab di mana ada Iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yakobus 3 :16). Maka buanglah iri hati karena iri hati hanya merugikan dan menghancurkan diri kita.

***

Bionarasi

Ev. Setia Siburian, S.Th. Guru Pendidikan Agama Kristen di SMP Kristen Kalam Kudus Pangkalpinang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *